Potret Rihla Cendekia (Berbalut Horor dan Romansa)

  

 


Fajar mulai menyinsing dibalut cuaca yang begitu hening dan dingin, perlahan aku meraba ponsel yang dari tadi berdering ternyata ada pesan dari Ibu Ervi yang mengingatkan hari ini rihla dan harus kumpul tepat waktu di BTN Manusela. Tanpa berpikir panjang aku segera bangun dari ranjang dan bersiap-siap datang. Setelah sampai di Masjid Al-Ikhwan ternyata cuaca hari ini cukup cerah dan indah eh ada Ibu Linda juga, nampaknya ia sedang duduk menunggu yang lain. Setelah beberapa menit kemudian semua sudah berdatangan, oto juga sudah siap melakukan perjalanan, diiringi doa naik kendaraan semoga tak ada halangan diperjalanan.

 

Ibu-ibu telah berangkat duluan sementara aku dan Pak Sam masih berbincang sembari menunggu bapak-bapak yang tak kunjung datang inilah kebiasaan para bujang, dalam hati berucap “ah dasar, kamu juga masih bujang hehe…”

 

Setelah menempuh kurang lebih 1 jam perjalanan, akhirnya aku dan Pak Sam sampai juga di Halassy, lingkungannya bersih, pasir pantainya putih, cukup menarik untuk berekreasi. Disepanjang pantai ada beberapa gazebo, dibalik terumbuh karang ada banyak Ikan Tato kalau menyelam harus menggunakan kacamata molo, sungguh pemandangan bawah laut membuat mata melotot. Selang beberapa menit rombongan pun tiba dengan berbagai macam berita, ternyata dalam perjalanan ada banyak kisah mulai dari rantai motor Pak Ahmad yang terputus jadi harus menunggu bantuan dari orang yang benar-benar tulus, disisi lain motor Pak Subhan juga mogok tak bisa belok membuatnya terpojok. Mungkin ada cerita juga dari ibu-ibu, tapi mereka tak memberitahu, ya sudahlah biarkan ibu-ibu beristrahat dulu!

 


Waktu menunjukkan pukul 11:30 dan kini aku duduk sendiri menyendiri menikmati pemandangan Pantai Halassy. Dari kejauhan terlihat Ibu Linda dan Ibu Sofi bergantian mengenakan topi bundar yang terbuat dari untaian kain yang tipis sekilas terlihat seperti para turis dari Inggris. Di tengah jembatan ada Pak Subhan yang berjalan sendiri dan mengambil foto secara mandiri. Disisi lain ada Ibu Ervi dan Ibu Nurul yang mengenakan kacamata eksotik mondar-mandir mencari ikon yang menarik agar foto terlihat apik dan cantik. Sementara Ibu Iin, Ibu Fidah, Ibu Nia, Ibu Nidar dan Ibu Fit dengan senang hati menemani buah hati yang sedang asik menceburkan diri di laut yang jernih. Lain hal dengan Ibu Kep yang sesekali memotret si buah hati sembari terseyum sendiri pertanda kasih sayang yang tinggi. Aku mencoba memalingkan pandangan dan melihat Ibu Ira yang lagi sibuk meretakkan es batu kedalam box ikan juga menyiapkan makanan, kata para guru kalau konsumsi ditangani Ibu Ira maka semuanya aman, kawan! Kini matahari semakin menyengat aku pun mulai berpindah tempat mungkin gazebo adalah pilihan yang tepat. Di gazebo aku dan Pak Yusran mencicipi buah salak saat memandang ke depan mataku terbelalak melihat Mam Mia, Mam Sum dan Ibu Sara yang berenang di air laut tak peduli panas yang menyengat apalagi kulit kering kusam pekat, sungguh mereka benar-benar menghilangkan penat.

 

Seusai shalat Ashar nampaknya Ibu Yana, Ibu Yani dan ibu-ibu guru yang lain sudah mulai beres-beres untuk pulang, begitupun juga pengantin baru Pak Heru dan Ibu Arafa yang mau pamit duluan, mereka nampak romantis diatas motor berduan, jangan kena mental dulu pembaca yang budiman hehehe. Setelah itu disusul oleh pengantin lama ayah bunda dari ananda Salwa yang nampak selalu samawa. Sementara disisi lain Pak Sam, Pak Syafaat dan beberapa guru telah mengayun sampan menuju lautan, memancing ikan layaknya nelayan sungguhan eh padahal perahu mereka tenggelam, maklum belum banyak berpengalaman.

 

I N T E R V A L

 

Gazebo O3

 


Malam telah tiba disambut kelelawar dengan suka cita, dibalik pepohonon ada asap yang datang tiba-tiba menyelemuti atap gazebo 03, namun suasana ini sama sekali tidak dihiraukan. Pak Kadir masih sibuk membakar Ikan Tato, lalu datanglah Mam Mia yang tumben ingin mendengarkan cerita horror. Malam sudah makin pekat diiringi rintikan hujan dan asap tipis dibalik pepohonan yang lebat, nampaknya yang lain sudah tidur namun di Gazebo 03 masih terdengar suara-suara yang tidak keras namun cukup jelas. Waktu telah menunjukkan pukul 12:03 rupanya malam sudah sangat hening tiba-tiba datanglah sosok pria yang mengenakan kameja kotak-kotak, lewat didepan Gazebo 03, ia berjalan tegak sekilas terlihat seperti Pak Kadir. Nampaknya ada yang belum tidur lalu menegur:

Ibu Salma dkk.            : Pak Kadir, apa betul ini Pak Kadir? (disapa dengan nada yang pelan agak gemetar)

Pria X              : Bukan, aku bukan Pak Kadir. (dijawab dengan tegas tanpa membalikkan wajah)

 

Pria tersebut terus berjalan lurus dan tiba-tiba menghilang, Ibu Salma dkk. hanya bunkam, terdiam lalu mencoba untuk tidur sejenak seolah melupakan. Selang beberapa menit berlalu pria tersebut dantang kembali dan ingin memasuki Gazebo 03 keadaanya tidak terlihat hanya saja keberadaannya di rasakan dengan bunyi-bunyi papan seperti ada langkah kaki dan hal ini terdeteksi oleh Ibu Ira. Serentak semua berteriak!

 

Masya Allah, beberapa guru pria langsung datang menghampiri dan menanyakkan apa yang terjadi? Dari jauh aku melihat Pak Eris sedang mengintrogasi dan memberi nasehat agar Ibu Salma dkk. harus berhati-hati sebab disini memang banyak makhluk gaib yang menampakkan diri bukan hanya sekali, tapi sudah banyak kali! kemudian disahut oleh Ibu Ira yang menceritakan bahwasanya tadi pagi Asky sudah berucap kalau ia melihat hantu dengan rambut terurai duduk dibelakang toilet mengenakan baju orens, mendengar hal ini kaki Pak Syafaat gemetar sementara Pak Subhan dan Pak Ahmad saling memandang lalu berteriak ketakutan dan ingin bergeser menuju para akhwat, hmm… ada ada saja!

 

Waktu telah menunjukkan pukul tiga malam, aku diajak Pak Eris untuk shalat malam diatas jembatan. Sambil berjalan menuju tempat shalat aku melihat Pak Rizal yang sedang khusu bermunajat, dalam hati hanya berucap Masya Allah sholeh sekali Pak Rizal ni. Sebelum memulai shalat Pak Eris berbisik “kita shalat sebelas rakaat” aku hanya diam tanpa menyahut, dan benar saja hanya beberapa rakaat kepalaku sudah menunduk, mata sudah mengantuk setelah salam terakhir aku jatuh tersungkur tidur di belakang Pak Eris, sementara Mr. Eris terus melanjutkan shalat.

 

Pagi telah tiba, butir-butir embun yang bening jatuh membasahi bumi diiringi suara Burung Nuri didahan-dahan Pohon Beringin seakan bernyanyi menyambut mentari. Di Gazebo 03 Ibu Linda sedang menyeduh energen dan kopi sementara Pak Kadir lagi bersantai diatas hemok yang sudah diikat rapih sembari membaca buku “Serial Cinta” ditemani secangkir kopi buatan Ibu Linda, ah dasar… Pak Kadir benar-benar menikmati! Setelah beberapa menit kemudian oto telah datang pertanda kami harus pulang, menerobos hujan yang selalu menerjang.

 

Mungkin ini hanya cerita biasa bernuansa horror dan romansa, tapi percayalah ukhuwa kami luarbiasa hingga tak bisa diungkapkan dengan kata hanya bisa dengan rasa.

 

 

 

Penulis: Dimas

 

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar